Dalam dunia keamanan siber, steganografi menjadi salah satu teknik tersembunyi yang digunakan untuk menyembunyikan informasi penting di dalam file digital seperti gambar, audio, atau video. Berbeda dengan enkripsi yang menyamarkan isi data, steganografi menyembunyikan keberadaan data itu sendiri. Teknik ini kerap digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk menyisipkan malware, command and control, atau mencuri data tanpa terdeteksi oleh sistem keamanan tradisional.

Penggunaan steganografi dalam serangan siber telah meningkat seiring dengan kemajuan teknologi digital dan komunikasi. File berukuran kecil dan terlihat normal dapat membawa informasi tersembunyi yang dapat di-decode oleh software khusus. Misalnya, gambar JPEG dapat dimanipulasi pada tingkat bit untuk menyimpan skrip berbahaya, yang kemudian dieksekusi tanpa sepengetahuan pengguna atau perangkat lunak antivirus. Karena tidak mencurigakan, file seperti ini sering lolos dari pemindaian keamanan.

Untuk mencegah penyalahgunaan steganografi, organisasi perlu menerapkan langkah-langkah deteksi seperti analisis metadata, monitoring anomali pada lalu lintas data, dan penggunaan alat digital forensik yang mampu mengekstrak informasi tersembunyi. Selain itu, edukasi bagi karyawan tentang potensi serangan berbasis steganografi dan pengetatan kontrol atas file yang masuk ke jaringan perusahaan merupakan bagian penting dari strategi keamanan menyeluruh.