Sate Klathak berasal dari daerah Pleret, Bantul, Yogyakarta, dan kini telah menjadi ikon kuliner yang wajib dicoba bagi siapa pun yang mengunjungi wilayah Imogiri dan sekitarnya. Nama "Klathak" sendiri memiliki beberapa versi cerita. Versi paling populer menyebutkan bahwa nama ini berasal dari bunyi "klathak-klathak" yang timbul saat biji buah melinjo (yang dulu banyak terdapat di sekitar penjual sate) dibakar atau dimainkan sebagai alat musik sederhana oleh anak-anak di masa lalu. Versi lain mengatakan bunyi "klathak" merujuk pada suara garam kasar yang ditaburkan ke daging saat dibakar di atas bara api.
Terlepas dari asal-usul namanya, Sate Klathak dipercaya telah ada sejak zaman penjajahan atau awal kemerdekaan. Kesederhanaan bumbunya konon merupakan cerminan kondisi ekonomi masyarakat saat itu yang serba terbatas, sehingga hanya menggunakan garam sebagai bumbu utama. Namun, justru kesederhanaan inilah yang menjadi daya tarik utamanya, membiarkan kualitas dan rasa asli daging kambing muda berbicara.
Ciri Khas yang Membedakan
Beberapa hal mendasar membedakan Sate Klathak dari jenis sate lainnya:
- Tusuk Sate Jeruji Besi: Ini adalah ciri khas yang paling mencolok. Penggunaan jeruji besi sepeda atau batang besi kecil sebagai tusuk sate dipercaya dapat menghantarkan panas lebih baik, sehingga daging matang lebih merata hingga ke bagian dalam.
- Bumbu Minimalis: Daging kambing muda hanya dibumbui dengan garam, terkadang sedikit merica. Beberapa penjual mungkin menambahkan sedikit tumbukan bawang putih atau kemiri, namun intinya adalah bumbu yang sangat sederhana. Tidak ada proses marinasi yang rumit.
- Daging Kambing Muda: Pemilihan daging kambing muda (biasanya berusia di bawah satu tahun) sangat penting untuk menghasilkan tekstur sate yang empuk dan tidak berbau prengus.
- Kuah Pelengkap Khas: Sate Klathak tidak disiram dengan bumbu kacang atau kecap. Sebagai gantinya, sate ini biasanya disajikan dengan kuah gulai kambing yang gurih dan kaya rempah, kuah tongseng, atau terkadang kuah bening berbumbu. Kuah ini berfungsi sebagai cocolan atau disiramkan ke nasi.
- Proses Pembakaran: Sate dibakar di atas bara api arang, menghasilkan aroma smoky yang khas.
Sensasi Rasa yang Otentik
Dengan bumbu yang minimalis, Sate Klathak menonjolkan rasa asli daging kambing yang segar dan berkualitas. Rasa gurih alami daging berpadu sempurna dengan sedikit rasa asin dari garam. Tekstur dagingnya yang empuk dan juicy (berair) karena penggunaan daging kambing muda dan teknik pembakaran dengan jeruji besi menjadi daya tarik utama. Ketika disantap bersama kuah gulai yang hangat dan kaya rempah, terciptalah harmoni rasa yang memuaskan.
Bahan Utama dan Cara Pembuatan Sederhana
Bahan-bahan untuk membuat Sate Klathak tergolong sederhana:
- Daging kambing muda, potong dadu atau bentuk khas menyerupai huruf 'C'.
- Garam secukupnya.
- Merica (opsional).
- Jeruji besi sepeda atau batang besi sebagai tusuk sate.
Untuk kuah gulainya (jika disajikan dengan gulai):
- Santan kelapa.
- Bumbu halus (bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, ketumbar, jahe, lengkuas).
- Rempah daun (daun salam, serai, daun jeruk).
- Potongan tulang atau sisa daging kambing untuk kaldu.
Cara membuatnya:
- Potongan daging kambing ditusuk dengan jeruji besi.
- Taburi dengan garam (dan merica jika menggunakan) secara merata.
- Bakar di atas bara api arang sambil sesekali dibolak-balik hingga matang sesuai selera. Pastikan tidak terlalu lama agar daging tetap empuk.
- Sementara itu, siapkan kuah gulai dengan menumis bumbu halus hingga harum, masukkan rempah daun, santan, dan kaldu kambing. Masak hingga matang dan bumbu meresap.
- Sajikan sate klathak panas-panas bersama kuah gulai dan nasi putih.
Sate Klathak bukan hanya sekadar makanan pengisi perut, tetapi telah menjadi bagian dari identitas kuliner Yogyakarta. Banyak warung sate legendaris di kawasan Bantul, khususnya sekitar Jalan Imogiri Timur, yang khusus menyajikan hidangan ini dan selalu ramai dikunjungi baik oleh wisatawan maupun penduduk lokal. Menikmati Sate Klathak langsung di tempat asalnya memberikan pengalaman tersendiri, merasakan kehangatan bara api, aroma khas daging terbakar, dan keramahan para penjualnya.
Kesimpulan
Sate Klathak adalah bukti bahwa kelezatan tidak selalu datang dari bumbu yang kompleks. Dengan kesederhanaan bumbu dan keunikan cara penusukan serta penyajiannya, Sate Klathak berhasil mencuri perhatian dan hati para penikmat kuliner. Ia adalah perpaduan sempurna antara kualitas bahan baku, teknik memasak tradisional, dan sentuhan budaya lokal yang menjadikannya salah satu warisan kuliner Yogyakarta yang patut dilestarikan dan terus dinikmati.