Ketan Bintul: Kelezatan Sederhana dari Banten yang Menggugah Selera

Komentar ยท 44 Tampilan

Beras ketan sebagai bahan dasar ketan bintul memiliki filosofi "keraketan" yang artinya melekatkan. Ketan yang lengket diartikan sebagai simbol persatuan dan persaudaraan.

Ketan Bintul adalah makanan tradisional khas Banten yang terbuat dari ketan dan memiliki cita rasa gurih serta tekstur yang kenyal. Hidangan ini sering disajikan dengan taburan serundeng (kelapa parut yang disangrai dengan bumbu) yang kaya rempah, atau bahkan dengan gulai kambing/semur daging untuk rasa yang lebih kaya.

Ketan Bintul sudah ada sejak abad ke-16 dan menjadi hidangan favorit Sultan Maulana Hasanuddin. Konon, hidangan ini sering disajikan untuk menjamu tamu kerajaan dan menjadi bekal Sultan saat melakukan perjalanan di bulan Ramadhan untuk berbuka puasa bersama rakyatnya.

Proses Pembuatan dan Cara Penyajian

Proses pembuatan Ketan Bintul melibatkan beberapa tahapan :

  1. Perendaman: Beras ketan direndam selama beberapa jam (minimal 4 jam atau semalaman) agar teksturnya lembut.
  2. Pengukusan: Ketan dikukus dua kali. Pertama, dikukus setengah matang, lalu dicampur dengan santan dan kelapa parut, lalu dikukus lagi hingga matang sempurna.
  3. Penumbukan: Setelah matang, ketan ditumbuk hingga halus dan kenyal. Proses ini bisa memakan waktu untuk mencapai tekstur yang diinginkan.
  4. Penyajian: Ketan bintul biasanya dipotong persegi atau dibentuk bulat, ditaburi serundeng, dan dibungkus dengan daun pisang.

Varian dan Pelengkap

Selain serundeng, Ketan Bintul juga sering disajikan dengan:

  • Empal Daging: Kuah gurih dan kental dari empal daging menambah cita rasa di Ketan Bintul.
  • Gulai Kambing: Kombinasi ketan yang gurih dengan gulai kambing yang kaya rempah juga populer.

Kesimpulan

Ketan Bintul lebih dari sekadar penganan ketan biasa. Dibalik ringkasnya, tersimpan warisan sejarah dari masa kesultanan Banten dan filosofi persatuan yang dilambangkan oleh lengketnya ketan itu sendiri. Setiap suapan gurihnya ketan berpadu serundeng renyah atau lezatnya kuah empal tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga membawa kita pada kekayaan tradisi 

Komentar