Hacker menemukan celah keamanan dalam sistem melalui berbagai teknik yang canggih dan mendalam. Salah satu cara utama adalah dengan melakukan pemindaian terhadap jaringan atau aplikasi untuk menemukan kerentanannya. Mereka sering menggunakan alat otomatis seperti port scanner atau vulnerability scanner untuk memetakan sistem dan mengidentifikasi potensi titik lemah yang dapat dimanfaatkan. Dengan teknik ini, hacker bisa menemukan celah seperti port yang terbuka, konfigurasi sistem yang buruk, atau aplikasi yang memiliki bug yang bisa dieksploitasi.
Selain itu, banyak hacker yang mengandalkan eksploitasi kerentanannya yang diketahui, seperti SQL injection atau cross-site scripting (XSS). Teknik ini memungkinkan hacker untuk mengakses dan memanipulasi data di dalam aplikasi atau sistem. Mereka memanfaatkan formulir input, API, atau kesalahan konfigurasi lainnya untuk menyisipkan kode berbahaya yang dapat memberikan akses ke data atau kontrol sistem. Mengidentifikasi dan memperbaiki potensi celah ini sangat penting untuk mencegah serangan yang bisa merusak.
Terakhir, banyak hacker yang memanfaatkan teknik rekayasa sosial untuk mendapatkan akses ke sistem. Dalam teknik ini, hacker akan mencoba memanipulasi orang di dalam organisasi untuk memberikan informasi sensitif atau bahkan membuka pintu bagi mereka untuk melakukan serangan. Serangan phishing dan spear-phishing adalah contoh dari teknik rekayasa sosial yang sering digunakan untuk menipu pengguna agar mengungkapkan kata sandi atau informasi pribadi lainnya. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan tentang keamanan bagi pengguna menjadi salah satu langkah utama dalam melindungi sistem dari serangan berbasis manusia.