Serangan APT (Advanced Persistent Threat) adalah jenis ancaman siber yang sangat berbahaya karena dilakukan oleh aktor yang sangat terorganisir dan memiliki tujuan jangka panjang. Berbeda dengan serangan biasa, APT cenderung tidak menonjol dan berlangsung dalam waktu lama dengan tujuan untuk mencuri data sensitif atau merusak infrastruktur. Serangan APT biasanya dimulai dengan teknik sosial atau eksploitasi kerentanannya, dan begitu berhasil menyusup, penyerang dapat bersembunyi di dalam jaringan tanpa terdeteksi. Oleh karena itu, penting untuk memiliki langkah-langkah pencegahan yang komprehensif dan respons yang cepat untuk mengidentifikasi serta mengurangi dampaknya.
Menangani APT membutuhkan pendekatan yang lebih dari sekadar pemantauan jaringan biasa. Organisasi perlu mengimplementasikan sistem pemantauan canggih yang dapat mendeteksi perilaku mencurigakan secara real-time dan menggunakan analitik perilaku untuk mengidentifikasi serangan yang belum dikenal sebelumnya. Penggunaan sistem deteksi intrusi (IDS), firewall yang lebih pintar, serta segmentasi jaringan dapat membatasi ruang gerak penyerang setelah mereka berhasil menyusup. Teknik seperti threat hunting juga penting, di mana tim keamanan secara aktif mencari tanda-tanda APT yang mungkin tersembunyi dalam sistem.
Tindakan proaktif setelah mendeteksi serangan APT melibatkan pemulihan dan perbaikan yang cepat. Memiliki prosedur respons insiden yang terstruktur dan siap diterapkan sangatlah krusial. Pengujian penetrasi dan simulasi APT yang dilakukan oleh ethical hacker juga membantu organisasi memahami potensi celah di dalam sistem mereka. Dengan begitu, langkah-langkah mitigasi dapat ditingkatkan dan serangan serupa dapat dicegah di masa depan. Selain itu, kesadaran karyawan mengenai taktik dan teknik APT juga memainkan peran penting dalam memperkuat pertahanan jaringan secara keseluruhan.